KUMPULAN SKILL MEDIK
PERAWATAN LUKA OPERASI
Luka perlu di tutup dengan kasa
steril, sehingga sisa darah dapat diserap oleh kasa tadi. Dengan menutup luka
itu kita mencegah terjadinya kontaminasi (kemasukan kuman), tersenggol, dan
memberi keprcayaan pada pasien bahwa lukanya di perhatikan perawat.
Sehabis operasi, luka yang timbul
langsung ditutup dengan kasa steril selagi dikamar bedah dan biasanya tidak
perlu diganti sampai di angkat jahitannya, kecuali bila terjadi perdarahan
sampai darahnya menembus ke atas kasa, barulah diganti dengan kasa steril, atau
bila ada perintah khusus dari dokternya. Sewaktu mengganti kasa lama dengan
yang baru, perhatikan betul agar di kerjakan secara asepsis supaya tidak
terjadi infeksi. Mengganti perban sebaiknya dilakukan sebelum jam kunjungan
keluarga. Bila ada gordyn, tutuplah gordyn itu. Pada pasien yang lukanya
berbau, membersihkan dan mengganti perban sebaiknya di lakukan dikamar balut
agar teman sekamarnya tidak terganggu.
Jahitan luka biasanya di buka
setengahnya pada hari kelima dan sisanya di buka pada hari keenam atau ketujuh,
kecuali bula ada perintah lain dari dokternya.
Plester harus dilepaskan sejajar
dengan kulit, jangan diangkat tegak lurus agar pasien tidak merasa sakit.
Dapat pula dipakai cairan pelepas
plester, misalnya bensin iodine, dan cairan gas semprot. Plester dan kasa lama
diangkat dengan pingset (tidak usah steril) lalu di buang ke dalam kantong
untuk di bakar supaya tidak terjadi penularan kuman.
Perlengkapan untuk mengganti perban
terdiri dari: pinset anatomis, gunting tumpul, gunting perban, kasa steril,
perban steril, plester, cairan pelepas plester, cairan antiseptic, bengkok,
kantong untuk membuang kasa dan plester kotor.
Bila telah tiba waktunya membuka
jahitan, bersihkanlah luka dan kulit sekitarnya dengan antiseptic, peganglah
ujung benang dengan pinset anatomis steril, lalu guntinglah benang itu tepat
dibawah ikatan, sehingga benang yang berada di luar tidak masuk ke dalam luka
sewaktu benang di angkat.
BAB III
ANESTESI
Anestesi atau pembiusan merupakan
pembantu operasi yang sangat penting karena tanpa anestesi tidaklah mungkin
dilakukan pembedahan. Obat yang dipakai merupakan zat kimia untuk menekan
pekerjaan jaringan saraf sentral, memblok atau bekerja pada ujung saraf.
Ada 2 macam anestesi, yaitu anestesi
umum dan anestesi local (setempat). Anestesi local dibedakan lagi menurut
tempat diberikan anestesi, yakni anestesi apinal, epirudal, paravertebral, blok
cabang saraf, dan permukaan kulit (topical).
Setiap anastesi harus memenuhi dua
syarat, yaitu menghilangkan refleks dan melemaskan otot, sedangkan pada bius
umum diperlukan pula untuk menghilangkan kesadaran.
ANESTESI UMUM (BIUS)
Obat untuk anestesi umum ada yang
berupa gas dan ada pula yang berupa cairan. Cara pemberian obat bius dapat
dilakukan melalui 3 cara, yaitu melalui isapan gas obat bius, menyuntikkan
cairan obat bius, dan memasukkan obat bius ke dalam rectum.
Anestesi umum menyebabkan mati rasa
karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi.
Selama masa induksi harus di beri cukup banyak obat bius karena sebagian obat
bius beredar pula di dalam darah dan tinggal di dalam jaringan tubuh. Setelah
semua jaringan badan terisi penuh obat bius, barulah pemberian obat bius dapat
diperkcil agar keadaan pembiusan dapat di pertahankan.
Tahapan pembiusan
Kedalaman anestesi umum di bagi
dalam 4 stadium, yaitu stadium I, II, III, dan IV, sedangkan stadium III dibagi
dalam empat plein (plane).
Stadium I atau stadium Analgesia
Stadium ini tercapai pada saat
pasien menghirup obat bius. Saat ini pasien merasa pusing dan seakan-akan
melayang, Telinga merasa berdenging, dan bising. Kesadaran pasien masih ada,
tetapi tidak dapat berbuat apa-apa, merasa seakan-akan seluruh badan lumpuh,
pasien menjadi sangat perasa terhadap suara, suara bisikan terdengat sebagai
teriakan yang menggaum. Karena itu, petugas di kamar bedah tidak boleh
berbicara sewaktu pasien berada dalam tadium I.
Tanda-tanda stadium I: ukuran pupil
masih seperti biasa, refleks pupil masih kuat, pernapasannya tidak teratur,
nadi tidak teratur sedangkan darah tidak berubah, seperti biasa.
Bila obat bius diteruskan
pemberiannya, pasien masuk ke stadium II.
Stadium II atau Stadium Delirium
Pada saat ini pasien berontak, ia
berusaha melepaskan kap bius, berteriak, berbicara, menyanyi, ketawa, atau
menangis. Keadaan berontak ini dapat dicegah bila sebelum pembiusan di mulai,
sudah diberikan pengertian dan di minta pada pasien agar menghirup obat bius
sedalam-dalamnya dan bila mencium bau yang tidak enak, jangan berontak.
Pada stadium ini ahli bius harus
selalu didampingi oleh perawat agar dapat menahan pasien bila ia berontak.
Operasi belum boleh dimulai. Ukuran pupil seperti biasa atau agak membesar,
refleks pupil kuat, pernapasannya tidak teratur, nadi tidak teratur dan cepat,
tekanan darah meninggi. Pemberian obat selanjutnya menyebabkan pasien masuk ke
dalam stadium III.
Stadium III atau Stadium Pembedahan
Pada stadium ini setelah tercapai mati
rasa sempurna. Semua refleks permukaan telah hilang, tetapi refleks vital
seperti denyut jantung dan pernapasan seperti biasa. Ukuran pupil mulai
mengecil, tidak bergerak bila di beri cahaya dan refleks bola mata tidak ada
walaupun bulu mata atau kornea mata disentuh. Pernapasan teratur dan dalam.
Denyut nadi agak lambat, tetapi mantap dan tekanan darah normal. Stadium III
ini karena cukup lebar di bagi lagi menjadi empat substadium atau tingkatan
yang disebut plein (plane).
Plein 1:
Tanda-tandanya: tegangan otot masih
tetap biasa, sifat pernapasan adalah pernapasan dada lebih besar daripada
pernapasan perut, bola mata masih bergerak bila bulu matanya disentuh atau
diberi sinar lampu. Bila pembiusan ditambah terus, maka pasien masuk ke plein
2.
Plein 2:
Tanda-tandanya: tegangan otot
menghilang dan bola mata tidak bereaksi lagi terhadap sentuhan maupun cahaya,
refleks pupil juga hilang, sifat pernapasan adalah pernapasan dada sama dengan
pernapasan perut. Bila pembiusan ini di tambah terus, maka pasien masuk ke
plein 3.
Plein 3:
Pada saat ini pernapasan tetap
teratur tetapi dalam, seakan-akan sedang tidur nyenyak. Sifat pernapasan adalah
pernapsan perut lebih besar daripada pernapasan dada karena otot-otot sela iga
telah hilang tegangan. Ukuran pupil membesar sedikit, refleks kornea hilang,
nadi agak cepat dan tekanan darah agak menurun. Operasi besar dilakukan dalam
plein 3 sebab semua refleks telah hilang dan otot-otot sudah melemas. Pemberian
obat bius mulai dikurangi dan hanya diberikan sekadar untuk mempertahankan
stadium III plein 3 saja. Bila pembiusan ini ditambah lagi, maka pasien masuk
ke dalama plein 4.
Plein 4:
Tanda-tandanya: semua otot dan semua
refleks hilang, termasuk otot sekat dada (diafragma), sehingga pernapasan perut
mulai terganggu dan terlihat inspirasi cepat dan tersendat-sendat, sedangkan
ekspirasi diperpanjang.
Stadium IV atau Stadium Keracunan
Pusat pernapasan yang terletak di
batang otak (medulla oblongata) menjadi lumpuh, sehingga pernapasan berhenti
sama sekali. Bila pembiusan tidak segera di hentikan dan dibuat pernapasan
buatan, jntung pun akan segera berhenti, disusul dengan kematian.
Cara Pemberian Anestesi
Anestesi Isap
Obat yang dipakai adalah berupa
cairan yang mudah menguap.
Ada 4 cara pemberian bius isap:
1. Open Drop atau dengan
cara meneteskan cairan bius di atas kap atau masker. Masker pembius ditutupkan
pada muka pasien. Di atas masker itu terdapat lubang yang ditutup dengan
berlapis-lapis kain kasa. Obat bius yang diteteskan di atas lapisan kain kasa
lalu bercampur dengan udara yang mengandung oksign dan diisap oleh pasien.
2. Cara insuflasi (insufflation technique), yaitu dengan peniupan gas
bius dan udara ke dalam hidung. Campuran gas dengan udara/oksigen ditiupkan
melalui pipa, sehingga masuk kedalam kerongkongan lalu terus ke trakea dan
paru-paru.
3. Cara semi tertutup (semi closed method), yaitu dengan cara campuran
gas bius dan oksigen diisap dari kap (masker) yang berhubungan dengan balon
pernapasan. Udara yang kelur dari paru-paru di buang melalui klep yang ada di
atas kap. Sedangkan klep lain yang berada di depan balon pernapasan menjaga
agar udara dari paru-paru tidak masuk ke dalam tabung gas bius maupun tabung
oksigen.
4. Cara tertutup (closed method), yaitu udara yang keluar dari
paru-paru (udara bekas bernapas) diisap kembali, setelah melalui filter yang
mengandung garam kapur untuk menangkap karbon dioksida. Cara ini pun memerlukan
oksigen.
Obat-Obat Bius Isap
* Nitrogen Oksida (N2O)
N2O dikenal juga sebagai
gas ketawa atau dalam bahasaInggris sebagai ”gas”. Sifat N2O, tidak
merangsang, tidak mudah terbakar, berbau manis, mempunyai daya bius ringan,
sehingga hanya dapat sampai pada stadium III plein 1.
* Eter
Eter adalah etil eter cairan yang
mudah menguap, mudah terbakar, dan daya biusnya kuat sekali. Uap eter lebih
kuat daripada udara, pedas merangsang dan menimbulkan batuk bila disedot. Eter
sangat baik untuk operasi besar, keamanannya terjamin, dan harganya cukup
murah. Kerugiannya ialah masa induksi lama, karena sifatnya yang pedas
merangsang dan jaringan badan menyerap eter cukup banyak. Eter lebih banyak
diserap jaringan lemak, maka dari itu, orang gemuk lebih lama induksinya. Untuk
menyadarkan kembali pasien yang dioperasi dengan anestesi eter memerlukan waktu
cukup lama karena semua eter yang berada dijaringan harus keluar semua.
* Klor Etil
Klor etil sangat mudah menguap,
mudah terbakar, baunya sedap, sehingga enak dan cepat diisap, mengakibatkan
masa induksi yang pendek.
Klor etil hanya dipakai untuk
induksi, untuk mempersingkat staium I dan II, kemudian disambung dengan etil.
Klor etil biasanya duipakai dengan cara open drop. Klor etil dipakai
juga untuk insisi bisul.
* Fluotane (Halotane)
Fluotane adalah obat bius isap yang
terkuat saat ini, tidak mudah terbakar, dan tidak merangsang.
* Trilene
Nama kimianya triklor etilena, tidak
berwarna dan cairannya berat. Dipakai dengan cara open drop atau semi
closed. Masa induksinya lambat, hampir sama dengan eter. Trilena tidak merangsang,
tetapi menyebabkan banyak pengeluaran ludah dan lendir. Trilena hanya dipakai
untuk menghilangkan perasaan dan tidak dipakai pada operasi besar karena
berbahaya. Sering dipakai untuk melakukan kuret pada wanita abortus.
Anestesi Rektum
Tribrometabol (Avertin)
Avertin adalah golongan alcohol,
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam amilena hidrat, sejenis alcohol juga.
Avertin yang berupa cairan itu dimasukkan ke dalam rectum dan dalam waktu 5
menit pasien menjadi tidak sadar, tetapi belum dapat dilakukan operasi, karena
refleks-refleks masih ada, maka dari itu avertin dipakai hanya sebagai ionduksi
pembiusan dan harus disambung dengan obat bius atau anestesi blok saraf.
Avertin dipakai pula untuk mengatasi klejang-kejang seperti yang terjadi pada
tetanus atau rabies.
Anestesi Suntikan Melalui Vena
Anestesi umum dapat juga ditimbulkan
melalui suntikan. Obat yabng dipakai biasanya tergolong barbiturate yang
bekerja sangat cepat yaitu sodium pentotal (thiopental).
Pentotal bila disuntikkan ke dalam vena
dalam waktu 30 detik saja sudah menimbulkan keadaan bius. Masa induksinya
hampir tidak terasa, jadi tidak tampak stadium I dan II, seakan-akan langsung
masuk ke stadium III. Kerugiannya adalah keadaan bius yang ditimbulkan hanya
sebentar saja, sehingga operasi yang memerlukan waktu lama, biasanya disambung
dengan pembiusan isap (eter) atau anestesi spinal/lumbal.
Obat Pelemas Otot
Obat pelemas otot bukanlah obat
anestesi tetapi dipakai sebagai pelengkap anestesi. Cara kerja obat pelemas
otot ialah mengganggu penerusan perintah saraf tepi kepada otot serat lintang.
Obat yang sering dipakai adalah
kurare dan tubokurarin. Sekarang banyak dipakai obat sintetis yaitu
dekometonium dan suksinil-kolin. Obat pelemas otot disuntikkan secara
intravena. Obat pelemas otot menyebabkan semua otot lumpuh, termasuk otot
pernapasan, sehingga perlu dilakukan pernapasan buatan. Walaupun demikian, bila
dosis obat pelemas otot diatur hanya melemaskan otot-otot besar saja, tanpa
melumpuhkan otot pernapasan, tidak perlu dilakukan pernapasan buata.
ANESTESI
REGIONAL
Bila keadaaan pasien tidak memungkinkan dilakukan
anestesi umum, maka dilakukan anstesi regional. Anestesi regional dapat
dilakukan melaui:
1. Anestesi lumbal, yaitu dengan menyuntikkan obat anestesi melalui fungsi lumbal
ke dalam rongga subaraknoid, obat yang msuk itu akan mematirasakan akar saraf
yang keluar dari sumsum tulang belakang.
2. Anestesi peridural, yaitu obat dimasukkan kedalam funsi lumbal, tetapi
jarum suntik dimasukkan sampai kerongga peridural saja.
3. Anestesi blok, yaitu obat langsung disuntikkan kesekitar saraf atau
kepangkal saraf.
4. Anestesi infiltrasi, taitu dengan menyuntikkan obat anestesi langsung ke
ujung-ujung saraf dibawah kulit.
5. Anestesi topical, yaitu dengan mengoleskan atau menyemprotkan obat anestesi
kepermukaan kulit atau selaput lendir, sehingga ujung-ujung saraf di bawahnya
menjadi mati rasa.
Anestesi Lumbal atau Spinal
Anestesi untuk dada, perut anggota
bawah dapat dilakukan melalui suntikan obat bius kedalam rongga subaraknoid
yang disebut anestesi lumbal.
Obat disuntikkan melalui fungsi
lumbal yaitu disekitar tulang lumbal ketiga dan kelima (L3 – L4
– L5). Tidak boleh ditusuk lebih tinggi agar tidak menusuk sumsum
tulang belakang. Bila disuntikkan kedalam rongga epidural, maka terjadilah
blockade kaudal yang disebut anestesi epidural.
Pasien yang mendapat anestesi spinal
tetap sadar, sehingga dapat mendengar semua pembicaraan. Oleh karena itu,
jangan membicarakan keadaan pasien didepannya.
Obat yang dipakai adalah prokain,
pantokain, intrakain, nuperkain, dan sebagainya.
Kuntungan anestesi spinal ialah
menimbulkan kelumpuhan otot (relaksasi otot) yang sempurna, sedangkan refleks
vital tidak terganggu, mati rasa yang ditimbulkannya juga sempurna. Selain itu,
obat anesteis spinal tidak mudah, terbakar sehingga aman pada pemakainan
alat-alat listrik yang mengeluarkan bunga api (kauterisasi).
Kerugiannya adalah cara ini tidak
cocok bagi anak-anak. Selain iu, sekali obat dimasukkan, tidak dapat
dikeluarkan lagi dan lamanya terjadi anestesi pun agak kurang pasti walaupun
kita dapat mengira-ngiranya.
Tekanan darah menurun, hal ini
disebabkan terjadinya kelumpuhan saraf pembuluh darah (vasomotor). Keadaan ini
terutama terlihat bila dilakukan operasi perut dan dada. Untuk mencegah
penurunan tekanan dara itu, sebelum dilakukan anestesi lumbal (spinal), terlebih
dahulu disuntik ephedrine atau methoxamine.
Selama anestesi lumbal atau setelah
selesai pemberian, dapat terjadi mual, muntah, dan sakit sekitar kepala.
Bila obat sampai ke daerah sumsum
torakal atau servikal dalam konsentrasi yang tinggi, akan menimbulkan
kelumpuhan pernapasan. Guna menghindari kematian, perlu segera diberi
pernapasan buatan sampai daya kerja obatnya hilang.
Anestesi Blok
Bila ahli bedah hendak mengoperasi
daerah lengan, maka dapat dilakukan anestesi blok pada pleksus brakhialis.
Anestesi Infiltrat
Daerah yang akan di sayat atau di
operasi, disuntik secara merata dengan obat anestesi local. Untuk mengurangi
pendarahan dapat dicampur dengan adrenalin sebab adrenalin menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah. Campuran dengan adrenalin tidak boleh dipakai
untuk operasi daerah yang mempunyai ”end artery” seperti jari-jari, penis, dan
sebagainya.
Obat-Obat Anestesi Regional
Prokain (Novokain)
Prokain atau novokain adalah obat
anestesi local yang paling banyak dipakai saat ini. Untuk anestesi infiltrasi
dipakai larutan ½-1%, sedangkan jumlah prokain yang masih aman dipakai ialah
2mg. Daya mati rasanya cukup tingi. Untuk anestesi blok dipakai prokain 2% dan
untuk anestesi lumbal dipakai 4% karena prokain akan encer setelah bercampur
dengan liquor serebrospinalis.
Lidokain (Xylokain)
Lidokain atau xylokain bekerja lebih
cepat dan daya tahan mati rasanya juga lebih lama bila dibandingkan dengan
prokain. Lidokain banyak dipakai untuk mencabut gigi.
Kokain
Kokain dipakai sebagai obat anestesi
topical, tidak boleh disuntikkan karena bersifat agak racun (toksis). Larutan 4
– 10 % diteteskan ke mata atau ke liang hidung, mulut, atau uretra.
Pantokain (tetrakain)
Pantokain lebih toksis daripada
kokain. Dipakai terutama untuk anestesi lumbal dan dapat menimbulkan mati rasa
sampai 2 jam.
LETAK ATAU SIKAP PASIEN DI MEJA OPERASI
Bagaimana pasien diletakkan atau sikapnya diatas meja
operasi, tergantung dari jenis operasi yang akan dilakukan.
Harus diperhatikan agar selama
operasi pasien dapat berbaring dengan enak. Daerah yang akan di operasi harus
mudah terlihat. Peredaran darah dan pernapasan pasien tidak boleh terganggu.
Selain itu, saraf besar tidak boleh tergencer agar tidak terjadi kelumpuhan.
Sikap terlentang
Sikap ini paling sering dipakai
misalnya pada operasi laparatomi, seksio, sesaria, apendektomi, seksio alta,
dan sebagainya.
Sikap Trendelenberg
Sikap trendelenberg ialah pasien
tidur terlentang dengan kepala dan badan lebih rendah daripada pantatnya. Agar
pasien tidak merosot kebawah, pada bahunya dipasang bantal penahan.
Sikap Litotomia
Pasien tidur terlentang, sedangkan
paha diangkat dan betis ditekuk sambil merangkak. Sikap ini banyak dipakai di
bagian ke bidanan.
Sikap Sims
Pasien ditidurkan terlentang miring
kesalah satu sisi badan. Sikap sims ini dipakai pada operasi ginjal.
Sikap Fowler
Pasien disuruh tidur setengah duduk
dengan lutut ditekuk sedikit ke atas dengan meletakkan ganjalan bantal guling
dibawahnya.
KEMATIAN DI MEJA OPERASI
Kematian di meja operasi dapat
disebabkan oleh pembiusan dan biasanya karena terjadi asfiksia atau pernapasan
yang tidak cukup baik, terlalu banyak diberi obat bius, terjadi reaksi jelek
terhadap obat bius yang dipakai atau terjadi syok neurogen.
Selain anestesi, kematian mendadak
dapat terjadi karena emboli udara, lemak, atau bekuan darah yang menyumbat
pembuluh darah besar.
Kegagalan jantung dan syok yang
tidak dapat dipulihkan dapat pula menyebabkan kematian, tetapi umumnya terjadi
mendadak. Pendarahan yang tidak dapat diatasi karena kesalahan teknis operasi
pernah juga terjadi.
BAB IV
OPERASI KECIL
INSISI
Yaitu membuat suatu sayatan
misalnya: pada bisul (abses). Alat yang diperlukan adalah: kloretil untuk disemprotkan
pada permukaan kulit sebagai anestesi kulit, scalpel dengan ujung yang tajam.
Klem untuk eksplorasi. Cara kerjanya: Bisul disemprot dengan kloretil dari
jarak 20 cm sampai timbul butir-butir es pada kulit, beberapa saat kemudian
dibuat insisi. Setelah nanah keluar dimasukkan ujung klem ke dalam lubang
sayatan; lalu klem dibuka dan diputarkan kedalam lubang itu, maksudnya agar
anyaman jaringan yang berisi nanah telepas semua, sehingga nanah dapat keluar
habis.
EKSTIRPASI
Yaitu suatu tindakan untuk mengeluarkan
tumor kecil misalnya: ateroma, lipoma, fibroma, klavus, dan sebagainya.
ATEROMA ATAU KISTA SEBASEA
Suatu benjolan kecil yang terjadi
karena saluran kelenjar sebasea tersumbat sehingga lemak yang dikeluarkan
kelenjar itu tertimbun dan bercampur dengan sel-sel. Akibatnya, secara
perlahan-lahan terjadilah pembesaran kelenjar rambut itu. Isi ateroma biasanya
terlihat seperti bubur kebiruan yang mengental. Pada puncak benjolan ateroma
biasanya terlihat siatu titik kebiru-biruan, yang sebenarnya adalah lubang
saluran kelenjar yang tersumbat. Cara mengeluarkannya:
· Siapkan 2 buah pinset anatomis, 2 buah pinset
sirurgis, 1 buah skapel dan matanya, 2 buah klem bengkok, 4 buah klem arteri, 1
gunting ujung lancip, 1 gunting lurus, naald voerder (pemegang jarum), jarum
otot dan jarum kulit, spuit 5 ml dengan jarum panjang untuk anestesi, zyde
(benang sutra), cat gut, kain berlubang, dan sarung tangan, semuanya dalam
keadaan steril. Beberapa ampul prokain. Prokain yang dipakai adalah yang
berkadar ½-1%.
· Kulit dibersihkan dengan antiseptic (larutan iodine)
kemudian dibersihkan dengan alcohol 70% atau dipakai antiseptic lainnya.
· Tutup daerah operasi dengan duk lubang dan sekitar
ateroma disuntik dengan prokain ½-1%.
· Tunggu beberapa saat sampai daerah yang akan dioperasi
terasa kebal. Buatlah dengan hati-hati dua insisi lengkung, sehingga titik biru
ateroma terletak ditengah-tengah.
· Setelah sayatan kulit tepat diatas pembungkus ateroma,
lepaskan kulit dan jaringan yang berada disekitar kapsul ateroma dengan gunting
tajam bengkok. Dengan cara memisahkan jaringan kapsul ateroma dengan
sekitarnya, tumor diangkat.
· Usahakan agar ateroma tidak pecah. Bila pecah,
usahakan agar kapsul dapat diangkat semua.
· Setelah ateroma terangkat semua, bila lubang yang ditimbulkannya
itu besar, jaringan lemak dijahit dengan kat gut, sedangkan bila lubangnya
kecil, kulit dapat langsung dijahit dengan zyde (benang sutera). Jarak satu
jahitan satu dengan yang lainnya dibuat kira-kira 1 cm. Sebelum dijahit, luka
diolesi dengan betadin.
· Luka jahitan ditutup dengan kasa steril yang telah
ditetesi dengan larutan betadine atau bubuk sulfanilamide.
LIPOMA
Adalah suatu tumor jinak yang
berasal dari jaringan lemak dan garis tengahnya antara beberapa mm samapai
puluhan cm. Lipoma sering ditemukan pada jaringan subkutaneus pundak, punggung,
lengan atas, dan pantat. Instrumen dan cara operasi sama dengan ateroma.
FIBROMA
Adalah tumor jinak yang bersal dari
jaringan ikat tubuh. Instrumen dan cara operasinya sama dengan ateroma.
KLAVUS ATAU KISTA EPIDERMOID
Klavus adalah suatu tumor jinak tang
keras. Biasanya tumbuh pada kulit telapak tangan atau telapak kaki. Kista
epidermoid biasanya timbul karena tertusuk, yang menyebabkan sedikit epitel
masuk ke bawah epidermis atau kadang-kadang timbul dari sisa sel yang berasal
dari embrio. Klavus tampak sebagai benjolan keras dan sakit bila ditekan atau
dipijakkan. Instrumen dan cara operasinya sama dengan ateroma.
SIRKUMSISI ATAU SUNAT
Sunat adalah pekerjaan mengangkat
prepusium penis. Alat-alat yang diperlukan adalah: 2 pinset sirurgis, 2 pinset
anatomis, 2 buah gunting, 4 klem ujung tajam, 4 klem arteri, naald voerder,
jarum kulit kecil, spoit 5 ml, jarum panjang untuk anestesi prokain 1%.
Caranya:
o Lakukan tindakan asepsis dan
antisepsis di daerah penis dengan asam pikrat 5% dan alcohol 70% atau larutan
betadin.
o Lakukan anestesi pada ujung dorsalis
penis dengan cara sebagai berikut:
Suntikkan prokain 1-2% pada pangkal
bagian dorsal tepat di tengah, sampai terasa menembus fascia buck (terasa
seperti menembus kertas), lakukan aspirasi untuk mencegah terkenanya pembuluh
darah; lalu suntikkan 1-2 ml. Kemudian jarum diarahkan ke kiri dan ke kanan dan
masing-masing disuntikkan secukupnya.
o Daerah frenulum disuntik juga lebih
kurang 1 ml infiltrasi.
o Prepusium dibuka dan glans penis
dibersihkan dengan kapas larutan sublimate 1% atau antisepsik lainnya.
o Setelah itu, jepitkanlah 2 klem pada
ujung prepusium bagian dorsal dan 1 klem pada ujung prepusium dekat garis penis
(frenulum).
o Guntinglah prepusium di antara 2
klem, lurus sampai kira-kira 3 mm dari tempat lekatnya pada glans penis. Jangan
terlalu pendek agar terdapat cukup kulit bila penis dalam keadaan ereksi.
o Jepitlah arteri yang mengeluarkan
darah dan bila perlu diikat dengan kat gut halus (nomor 00).
o Guntinglah prepusium secara
melingkar ke kiri dan ke kanan sampai semua prepusium terlepas.
o Bila semua perdarahan telah
berhenti, maka lapisan kulit luar dan lapisan dalam (mukosa) prepusium di jahit
dengan kat gut, sebanyak 6 – 8 jahitan (gambar 34.1 – 4.13).
o Pada frenulum sebaiknya dilakukan
jahitan angka 8 untuk mencegah perdarahan.
o Luka jahitan diberi bubuk sulfa atau
salep kloramfenikol, lalu dibungkus dengan kasa streril yang diberi larutan
betadin.
LUKA
Luka akibat kecelakaan menyebabkan
badan kehilangan darah. Jaringan di tempat itu rusak, sehingga daya tahan untuk
melawan kuman terganggu. Luka besar yang menyebabkan banyak kehilangan darah
dapat menimbulkan syok. Untunglah badan kita mempunyai daya penyembuh yang
kuat, sehingga setiap terjadi luka, pembuluh darah yang terpotong akan menarik
diri kedalam otot yang mengakibatkan perhentian perdarahan.
Sebaiknya, luka yang pembuluh
darahnya tersayat tetapi tidak terputus, tidak akan terjadi penarikan pembuluh
darah itu ke dalam otot, sehingga menimbulkan perdarahan terus. Untuk
menghentikan perdarahaan pada luka demikian, kita harus menekan daerah yang
berdarah itu atau dapat pula dipasang torniket (tourniquet).
Luka yang walaupun kecil bila
terjadi secara difus (merata), dapat juga menimbulkan banyak perdarahan. Bila
yang pecah itu adalah pembuluh darah besar, perlu dipertimbangkan transfui
darah.
Jenis-Jenis Luka
o Luka lecet, yaitu luka yang dangkal,
hanya epitel yang mengelupas karena kekerasan.
o Luka memar (hematom) yaitu benjolan yang
mula-mula berwarna kemerahan kemudian menjadi kehitaman, biasanya karena
pecahnya pembuluh darah.
o Luka sayat, terjadi karena tersayat
pisau atau benda tajam lainnya. Pinggir luka tajam dan rata, dasar sempit.
o Luka tusuk, terjadi karena tusukan
paku, tusukan pisau atau benda tajam. Pada luka tusuk, ukuran lubang masuknya
lebih kecil daripada dalamnya. Luka jenis ini dapat menimbulkan tetanus. Selain
itu, bila yang ditusuk dinding perut, dapat pula melukai lambung atau isi
rongga perut lainnya. Demukian pula luka tusuk dada dapat mengenai paru-paru
atau jantung.
o Luka compang-camping (vulnus
laceratum), biasanya disebabkan oleh benda tumpul yang bentuknya tidak teratur,
misalnya terseret mobil.
o Luka tembak.
Lubang masuk luka tembak biasanya
kecil, sedangkan lubang keluarnya besar. Luka tembak dapat pula merusak
struktur di bawahnya, bahkan tulang dapat patah. Benda asing dapat ikut masuk
ke luka sewaktu anak peluru menembus kulit. Peluru yangditembakkan dari jarak
dekat akan meninggalkan sisa mesiu si sekitar luka yang melekat disekitar baju
atau lubang masuk peluru pada kulit.
Pengobatan luka
Luka yang terjadi kurang dari 8 jam
bisanya belum terjadi infeksi,sehingga setelah luka dicuci dengan sabun dan
air, dapat langsung dijahit. Pinggir luka yang tidak rata harus dieksisi dan
diratakan, sebab pinggir yang tidak rata akan mati dan menjadi tempat yang
subur untuk perkembangbiakan bakteri.
Pada luka yang telah berumur lebih
dari 8 jam dan tidak terlihat tanda-tanda perdarahan, yaitu merah, panas, dan sakit
bila perlu dipasang drain dan dijahit agak longgar (situasi hechting)
untuk memberi kesempatan nanah keluar. Luka demukian akan sembuh per sekundam.
Menjahit luka yang menembus lemak,
fasia dan otot harus dilakukan lapis demi lapis. Pembuluh darah yang masih
mengeluarkan darah dijepit dan bila perlu diikat dengan kat gut halus (nomor
00). Otot dan lemak dijahit dengan kat gut. Kulit dijahit dengan jarum kulit
memakai zyde.
Setelah dijahit, diberi antibiotika
dan tetanus formal toxoid (TFT) atau ATS atau hypertet (mahal). TFT harus
diberi sebanyak tiga kali dengan jarak waktu 4 – 6 minggu. Antibiotika
diberikan selama masih ada tanda peradangan. Pengobatan luka harus dilakukan
secara aseptic agar dapt sembuh dengan cepat.
Proses Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan terdiri dari 3 tahap:
1. Tahap tidak lancar.
2. Tahap fibroplasias.
3. Tahap pengerutan.
Tahap tidak lancar
Tahap ini terjadi bila serum dan sel
darah membentuk jaringan dari serat di dalam luka, lalu mengikat luka itu
sehingga tampak seperti koreng kemerah-merahan.
Tahap fibroplasia
Tahap fibroplasias adalah keadaaan
penyembuhan dengan membentuk serat fibroblas dalam anyaman protein. Kemudian
anyaman protein itu diserap perlahn-lahan. Sementara itu timbul pumbuluh darah
kapiler dari pinggir luka, sehingga terbentuk jaringan baru yang masih kasar
dan disebut jaringan granulasi.
Jaringan granulasi ini berwarna
merah, permukaannya berbenjol-benjol halus dan bila tersentuh, mudah berdarah.
Pada waktu terbentuk jaringan granulasi, permukaannya sudah rata dengan
permukaan kulit sekitarnya. Kemudian timbullah sel-sel baru dari pinggir luka,
sehingga akhirnya seluruh permukaan luka tertutup oleh sel-sel kulit baru.
Jaringan luka yang sudah tertutup ini akhirnya mengerut, hingga hampir sama
dengan ukuran sebelum terjadi luka. Jaringan yang telah mengerut itu tidak
mempunyai serabut elastis, sehingga akan kaku tetapi kuat.
Tahap pengerutan
Pertautan pertama atau persatuan
utama. Luka yang dibuat di kamar bedah biasanya asepsis dan jaringan yang rusak
sangat sedikit. Luka semacam ini akan sembuh dengan sempurna dan disebut sembuh
perprimam atau persatuan utama, atau pertautan pertama.
Pada penyembuhan dengan pertutan
pertama ini, bekas luka hanya tampak sebagai satu garis karena tidak terjadi
peradangan dan pinggir luka bertaut dengan sempurna.
Penyembuhan dengan pertautan yang
kedua. Luka yang terjadi karena kecelakaan biasanya tidak asepsis dan kotor.
Biasanya akan sembuh dengan membentuk jaringan granulasi. Cara penyembuhan ini
disebut sembuh per sekundam atau pertautan kedua.
Pada luka bekas insisi bisul atau
abses karena banyak nanah, biasanya dipasang drain dahulu agar semua nanah
dapat keluar dengan bebas. Setelah semua nanah keluar, dari pembuluh darah
sekitar lubang luka tumbuhlah pembuluh darah kapiler dan di sekitar pembuluh
darah kapiler itu akan tumbuh sel-sel yang makin lama makin banyak yang
akhirnya menutup lubang luka. Jairngan yang menutup lubang luka itu disebut
granulasi dan tampak sebagai gumpalan merah halus dan mudah berdarah bila tersentuh.
Setelah itu, sel kulit (epitel) dari
pinggir luka akan tumbuh lalu menutup seluruh permukaan granulasi. Dengan
demikian, luka itu sembuh dengan menimbulkan bekas parut (sikatrik).
Penyembuhan dengan pertautan ketiga
terjadi, jika masih diperlukan penutupan luka tahap kedua, misalnya pada luka
bakar yang luas.
BENDA ASING
Benda asing adalah suatu benda yang ada dalam tubuh
yang seharusnya tidak ada.
Anak-anak mungkin memasukkan
biji-bijian kedalam lubang hidung atau telinganya. Sesekali anak wanita memasukkan
benda asing kedalam liang vaginanya. Jarum yang menusuk kulit sering patah
dalam otot. Jarum suntik dapat pula patah pada waktu menyuntik otot pada anak
yang mengangis sambil berontak. Untuk menentukan lokasi jarum halus dibuat
beberapa foito rontgen, walaupun sebenarnya ujung jarum yang tertinggal itu
tidaklah sebahaya yang disangka pasien.
Pada benda asing yang berupa
biji-bijian yang masuk kedalam rongga hidung, biasanya orang tua membawa
anaknya ke rumah sakit atau ke puskesmas karena salah satu lubang hidung
anaknya mengeluarkan darah bercampur lendir dan berbau busuk. Sedangkan bila
dari kedua lubang itu berdarah dan lendir biasanya disebabkan oleh peradangan.
Benda asing yang masuk kelubang
telinga lebih sulit lagi dikeluarkan. Liang telinga dikelilingi tulang sehingga
tidak dapat diperbesar.
Petunjuk umum bila menghadapi benda
asing:
1. Benda asing yang tampak dari luar harus dikeluarkan.
2. Pecahan kaca, kayu, atau kain yang masuk ke kulit harus dikeluarkan.
3. Benda asing yang menimbulkan pembengkakan dan infeksi harus dikeluarkan.
4. Benda asing dari logam, bila diduga sulit untuk dikeluarkan atau disangka
bila dikeluarkan juga akan merusak banyak otot, maka tidak perlu dikeluarkan
segera, tunggulah beberapa saat agar benda asing itu lebih mendekati kalit.
Benda Asing di Dalam Otot atau Kulit
Benda asing didalam otot atau kulit
seharusnya dikeluarkan karena akan menimbulkan peradangan dan sering mengganggu
gerakan penderita. Kadang-kadang benda asing itu berpindah tempat karena otot
selalu berkontraksi.
Penanganannya:
o Tentukan letak benda asing itu
dengan memeriksa tempat masuk dan tanyakan pada penderita atau keluarganya
berapa besar benda yang masuk itu. Kalau tidak dipastikan, lakukan pemeriksaan
dengan foto rontgen paling sedikit dalam dua posisi.
o Setelah dapat dipastikan letak benda
asing itu, pilihlah tempat yang paling dekat dengan benda asing itu untuk
melakukan operasi.
o Buatlah insisi sepanjang kurang
lebih 1 cm sesuai dengan garis kulit sampai ke otot. Kalau mungkin jangan sampai
memotong pembuluh darah yang cukup besar karena akan terjadi perdarahan yang
cukup banyak.
o Carilah benda asing itu dengan
memisahkan serat-serat otot secara tumpul dan dikeluarkan.
o Setelah benda asing berhasil di
keluarkan, jahitlah luka lapis demi lapis.
Benda Asing di Lubang-Lubang Tubuh
Benda asing di lubang tubuh sering
menyebabkan peradangan dan nanah di tempat itu. Hal ini sering terjadi pada
anak-nanak yang masih kecil. Benda asing dapat menimbulkan bahaya bila terdapat
disaluran pernapasan karena penderita akan sulit bernapas.
Untuk mengeluarkan benda asing dari
lubang tubuh, biasanya tidak sulit, akan tetapi harus hati-hati. Pada anak
kecil harus dilakukan anestesi umum karena biasanya mereka akan meronta-ronta
dan ini sangat berbahaya. Oleh karena itu, sebaiknya tindakan itu dilakukan
dirumah sakit. Benda asing yang ada dilubang tubuh itu biasanya dikait dengan
pengait khusus atau penjepit. Setelah dikeluarkan, harus dioleskan antiseptic
pada tempat benda itu agar tidak terjadi infeksi.
Benda Asing di Mata
Barang sering terjadi adalah
masuknya benda asing ke jaringan mata. Benda asing yang masuk ke mata itu
biasanya berukuran kecil. Benda kecil (serpihan logam atau kayu) sering melekat
di daerah kelopak mata, di kinjungtiva mata atau di kornea. Biasanya benda
kecil itu akan tersapu sendiri oleh kejapan mata dan genangan air mata. Air
mata akan keluar sendiri bila mata terangsang oleh benda asing. Benda asing
yang masuk kemata dengan kecepatan tinggi akan masuk ke bola mata dan biasanya
tidak dapat keluar sendiri.
Benda asing yang tertanam di
konjungtiva kelopak mata, harus segera dikeluarkan karena pasien biasanya
mengucek-ngucek kelopak mata yang kemasukan benda asing itu, sehingga benda
asing itu dapat menggores permukaan kornea mata dan menyebabkan peradangan
kornea mata. Selain itu, benda asing biasanya kotor dan mengandung kuman,
sehingga dapat menyebabkan infeksi mata.
Benda Asing di Kelopak Mata
Benda asing dikelopak mata bagian
luar biasanya mudah ketahuan dengan meraba kelopak mata dari luar secara
hati-hati. Mengeluarkan benda asing itu biasanya mudah, yaitu dikorek melalui
lubang masuknya tanpa perlu membesarkan lubang itu, namun kadang-kadang lubang
itu dibesarkan. Lubang yang besar itu perlu dijahit dan apabila menembus agak
dalam (sampai fasia tarso-orbitotornya) perlu dijahit dengan kat gut nomor 0000
(4-0), sedangkan kulit kelopaknya dijahit dengan zyde 000000 (6-0). Sebelum
memulai penjahitan, luka dibersihkan terlebih dahulu dengan antiseptic, lalu
diberi anestesi infiltrasi dengan prokain 0,5%. Selain itu periksa pula apakah
ada benda asing lain yang masuk kemata.
Benda Asing di Konjungtiva Mata
Benda asing yang masuk ke
konjungtiva mata, biasanya bersarang di lekuk antara selaput lendir kelopak
mata dan bola mata, sehingga bila mata berkedip-kedip, benda asing itu akan
mengores permukaan kornea.
Benda asing yang masuk ke
konjungtiva dengan kecepatan rendah biasanya akan tersapu oleh air mata ke
sudut ujung mata, sehingga mudah diangkat dengan lidi kapas.
Benda asing yang bersarang di
konjungtiva kelopak mata atas dikeluarkan dengan jalan membalikkan kelopak mata
atas, lalu benda asing itu dikeluarkan. Cara membalikkan kelopak mata atas
adalah sebagai berikut: pasien di suruh melihat keujung kaki, lalu ibu jari,
dan jari telunjuk pemeriksa menjepit bulu mata sedangkan jari telunjuk tangan
lain menekan di punggung kelopak mata. Balikkan kelopak mata itu dengan
mengangkatnya. Selama benda asing belum diangkat, mata pasien harus terus
diarahkan ke ujung kaki.
Benda asing yang kecil dapat
diangkat dengan lidi kapas steril. Pada benda yang sangat lekat pada
konjungtiva mata, mata harus ditetesi anestesi local (kokain 5%, pentokain
0,5%, atau halokain 1%, dan sebagainya). Pemberian tetesan anestesi itu harus
setiap 3 – 5 menit. Tutuplah kelopak mata dan tunggu sampai anestesi bekerja.
Balikkan kelopak mata itu. Benda asing yang kecil dapat diangkat dengan ujung
jarum atau ujung pisau katarak. Benda yang besar dapat diangkat dengan kuret
khalasion (khalassion adalah benjolan kecil dan keras dalam kelopak mata).
Sebelum kelopak mata ditutup, periksalah kembali sekali lagi apakah tidak ada
lagi benda lain. Bila diduga benda yang diangkat itu kotor dan kemungkinan
menimbulkan peradangan, berilah antibiotika tetes atau salep mata selama 2 – 3
hari dan obat mata itu diteteskan setiap 3 – 4 jam.
Benda Asing di Kornea Mata
Benda asing di kornea harus segera
dikeluarkan agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah, karena barang itu
dapat menimbulkan kekeruhan pada kornea. Untuk mencari dan menentukan benda
asing itu, kadang-kadang perlu dipakai lensa pembesar, senter, dan lampu
kapala.
Setelah ditentukan letak benda asing
di kornea, diteteskan anestesi setiap 1 – 2 menit sebanyak 4 – 5 kali. Setelah
penetesan anestesi, mata harus ditutup terlebih dahulu agar obat anestesi
bekerja pada satu titi-langit. Pada anak-anak agak sukar menyuruh mata itu diam
dan sering pula memberontak, sehingga kadang-kadang perlu dilakukan pembiusan
umum.
Benda asing kecil berupa serpihan
logam, kaca, atau kayu yang masuk ke mata dengan kecepatan rendah biasanya
mudah di congkel dengan ujung pisau atau jarum.
Benda Asing di Sklera Mata
Benda asing di sclera mata biasanya
tidak begitu berbahaya seperti di kornea. Sebab sclera itu tidak dilalui cahaya
dan berwarna putih susu, sehingga bila terjadi goresan, tidak mengakibatkan
apa-apa. Cara mengeluarkan benda asing itu di sclera mata sama dengan
mengeluarkan di tempat lain dalam mata.
Benda Asing di Dalam Bola Mata (Intraokuler)
bola mata yang kemasukan benda asing
itu, tekanannya akan menurun karena cairan bola mata ada yang keluar. Bila luka
yang ditimbulkannya itu agak besar, iris mata atau lensa mata pun dapat
terdorong keluar (prolaps), sehingga terlihat benda cokelat atau putih keluar
dari mata.
Menghadapi pasien yang kemasukan
benda asing adalah sebagai berikut:
1. Pasien harus tidur terlentang.
2. Suruhlah pasien tenang dan jangan mengucek-ngucek mata agar tidak
memperjelek keadaan.
3. Setelah kita yakin benda asing itu masuk ke bola mata, tutuplah mata itu
dengan kasa steril, lalu kirimlah segera ke spesialis mata yang terdekat.
BAB V
MEMBALUT DAN PERALATANNYA
JENIS-JENIS PEMBALUT/PERBAN
1. Perban segitiga (Mitela).
2. Perban pita (Zwachtel).
3. Plester.
Tujuan Membalut/Perban
1. Menutupi bagian yang cidera dari udara, cahaya, debu dan kuman.
2. Menopang yang cidera.
3. Menahan dalam suatu sikap tertentu.
4. Menekan.
5. Menarik.
Bahan Untuk Perban
Bahan yang diperlukan untuk membalut
antara lain salep, bubuk luka, plester, bahan penyerap (kasa atau kapas),
kertas tissue, bahan tidak menyerap (kertas khusus, kain taf, sutera), bahan
elastic (spons, kapas), dan sebagainya.
Bentuk Anggota yang Akan Diperban
1. Bentuk bundar, misalnya kepala.
2. Bentuk bulat panjang, misalnya leher, badan, lengan atas, paha, dan jari-jari.
3. Bentuk kerucut, misalnya lengan bawah dan tungkai bawah (betis).
4. Persendian.
JENIS-JENIS PEMBALUTAN
Perban Segi Tiga (Mitela)
Perban segitiga dibuat dari kain
belacu atau kain muslin. Perbannya dibuat segitiga sama kaki yang puncaknya
bersudut 90 derajat. Panjang dasar segitiga kira-kira 125 cm dan kedua kakinya
masing-masing 90 cm. Buatlah terlebih dahulu kain segiempat ukuran sisi 90 cm
lalu dilipat atau atau digunting pada garis diagonalnya.
Ukuran segitiga tadi dapat pula
lebih kecil dari ukuran diatas, misalnya saputangan yang dilipat pada garis
diagonal akan terjadi juga kain segitiga.
Kain segitiga amat berguna karena
dapat dilipat bermacam-macam bentuk sesuai dengan kebutuhan dan bentuk badan
yang memerlukan. Kain segitiga dapat dipakai dengan dua cara, pertama sebagai
segitiga sendiri dan yang kedua sebagai gulungan yang disebut perban kravat.
Balut segitiga Untuk Kepala
Untuk luka kepala dapat dipakai
perban segitiga. Dasar segitiga dilipat selebar 5 cm dua kali. Letakkan bagian
tengah lipatan itu diatas dahi. Bagian yang mengandung lipatan diletakkan
sebelah luar. Ujung puncak segitiga ditarik ke belakang kepala sehingga puncak
kepala tertutup kain segitiga. Kedua ujung lipatan tadi dililitkan kebelakang
kepala lalu kembali ke dahi dan dibuat simpul di dahi.
Bila ujung dasar segitiga yang ada
di belakang kepala terlalu pendek dapat langsung diikat di belakang kepala.
Ada dua macam yang dapat dipakai
yaitu simpul biasa dan simpul pelaut.
Balut Segitiga Untuk Bahu
Guntinglah ujung puncak segitiga
tegak lurus pada dasar sepanjang kira-kira 25 cm.
Kedua ujung yang baru dibuat, di
lilitkan secara longgar ke leher, lalu diikat di belakang. Dasar segitiga
ditarik sehingga bagian bahu yang cedera tertutup. Lalu kedua ujung dasar
segitiga dililitkan ke lengan dan diikat.
Balut Segitiga Untuk Dada
Gunting puncak segitiga tegak lurus
pada dasarnya sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung puncak itu secara longgar
dibelakang leher, sehingga dasar segitiga berada di depan dada. Lipatlah dasar
segitiga beberapa kali sesuai dengan kebutuhan lalu ujung dasar tadi diikat di
punggung.
Demikian pula dapat kita pasang perban segitiga pada
sisi dada.
Balut Segitiga Untuk Pantat
Gunting puncak segitiga tegak lurus
pada dasar sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung puncak itu melingkari paha yang
cedera. Buatlah beberapa lipatan pada dasar segitiga, lalu kedua ujungnya
diikat melingkar di pinggang.
Balut Segitiga Untuk Tangan
Bila seluruh telapak tangan akan dibalut, dapat
dipakai perban segitiga.
Letakkan dasar segitiga pada telapak
tangan. Ujung puncak segitiga dilitkan kepunggung tangan, sehingga jari-jari
tertutup. Lalu kedua ujung dasar segitiga dililitkan beberapa kali pada
pergelangan tangan dan diikat. Bila segitiga terlalu besar buatlah beberapa
lipatan pada dasar segitiga.
Demikian pula caranya bila hendah
membalut segitiga pada kaki.
Perban Kravat
Untuk membuat perban kravat,
letakkan ujung puncak segitiga ke tangah dasar lalu buatlah beberapa lipatan
sesuai dengan kebutuhan, sehingga menyerupai pita.
Perban kravat untuk membalut luka
dikepala. Setelah luka diobati, letakkanlah bagian tengah kravat pada kepala,
sampai kedua ujung itu bertemu lagi didepan luka. Bila ujung itu terlalu
pendek, boleh diikat dibelakang kepala.
Perban Kravat Pada Luka Dagu atau Telinga Cara Fascia
Nodosa
Obatilah luka seperti biasa,
letakkan bagian tengah kravat diatas luka. Ujung yang satu dinaikkan diatas
kepala, sedangkan ujung yang lain dilingkarkan dibawah dagu. Buatlajh ilang
tepat diatas luka dan kedua ujun g diikat sekitar kepala sehingga bertemu
disisi yang lain . Buatlah ikatan. Cara facia nodosa dapat dipakai untuk
fiksasi sendi rahang yang terkilir (lukkasio).
Perban Pita (Zwachtel)
Pembalut (perban) pita dibuat dari planel, kambrik,
kasa, tricot, linen, katun atau kain elastic.
Pada sat ini perban pita yang paling
banyak dipakai terbuat dari kasa dan kain elastic. Perban elastic terbuat dari
kain yang dimasukkan tali karet halus sehingga kain itu menjadi elastic.
Panjang dan lebar kain pita
bermacam-macam tergantung dari tempat pemakaiannya. Biasanya panjangnya dibuat
5 m, lebarnya ada yang 3 cm, 6 cm, 8 cm, dan 15 cm. Ada yang berkepala satu,
berkepala dua, dan berkepala tiga.
Untuk membalut jari-jari dipakai
perban selebar 3 cm, untuk leher dan pergelangan tangan lebar 6 cm, panggul 8
cm, untuk perut dan dada 15 cm.
Cara Memasang Perban Pita
Peganglah perban pita dengan tangan
kanan yang ujung bebasnya terletak di bawah, lalu pegang dengan tangan kiri dan
letakkan ditempat yang akan dipasang perban. Gulungan perban yang ada ditangan
kanan mulai dilingkarkan dari kiri ke kanan anggota badan yang akan dibalut,
sambil tangan kanan mengatur ke tangan perban itu.
Mula-mula lingkarkan perban terlebih
dahulu 2 – 3 gulungan bertumpuk satu sama lain agar perban tidak tergeser. Melilitkan
perban idak boleh terlalu kencang agar tidak menghambat pengaliran darah
sehingga terjadi sianosis (stuwing). Demikian pula tidak boleh terlalu longgar
agar tidak tergeser atau terlepas.
Ujung jari , bila tidak perlu,
jangan diperban agar dapat dilihat warnanya. Bila hendak memakai beberapa
gulungan perban, pangkal pembalut yang kedua harus diletakkan di bawah ujung
pembalut pertama. Simpul jangan diletakkan di tempat yang sakit.
Cara Membuka Pembalut/Perban
Buka simpul perban. Bila sulit,
gunting saja. Lalu seperti juga diwaktu mulai membalut, tangan kanan memegang
ujung perban. Bukalah gulungan dengan memindahkan perban itu ke kiri, lalu
kembali lagi kekanan dan kekiri lagi. Begitulah seterusnya sampai seluruh
pembalut terlepas. Untuk membuka perban kotor pergunakan 2 buah pinset.
Bila perban itu telah kotor atau
tidak ingin dipakai lagi, lebih baik digunting dengan memakai gunting perban.
Dengan demikian, perban lebih cepat terlepas
JENIS-JENIS PERBAN MENURUT BAHANNYA
Perban Kasa
Perban kasa dibuat dari benang yang
dianyam jarang-jarang. Perban ini sering dipakai untuk membalut luka atau
koreng pada anggota badan, sebagai pembalut basah atau bahan dasaran gips.
Perban Planel
Kain planel adalah kain berbulu,
dipakai sebagai perban penekan, perban penarik pada pertolongan pertama.
Perban Kambrik
Perban kambrik terbuat dari benang
kasar dan di anyam jarang-jarang. Pemakaiannya sama dengan perban kasa.
Perban Trikot
Perban trokit bahannya seperti kaus
berbentuk pita. Jenis ini sering dipakai untuk membuat perban ransel. Selain
itu anggota gerak yang akan digips, dimasukkan ke dalam perban tricot, agar
tidak langsung mengenai kulit.
Perban Katun dan Linen
Perban katun dan linen dipakai dalam
keadaan darurat, sebagai pembalut, penekan, dan penarik. Perban ini terbuat
dari katun atau linen dan biasanya dibuat secara darurat.
Perban Elastik
Perban elastic disebut juga perban
ideal, rupanya seperti kaus elastic. Dipakai untuk balutan penekan pada keseleo
atau salah urat (luksasio dan sprain) atau membalut anggota gerak yang akan
diamputasi.
Perban Cepat
Perban cepat (snel verband, batlle
dressing) terbuat dari berlapis-lapis kasa dan dibungkus dengan kain muslin
lalu pada kedua ujungnya diberi tali.
Perban cepat oleh pabrik dibuat
dalam berbagi ukuran.
Cara memakainya:
1. Pilihlah ukuran perban cepat yang tepat sesuai dengan luka yang timbul.
2. Sobeklah pembungkus luarnya.
3. Peganglah kedua ujung perban tanpa menyentuh bagian tengah perban.
4. Letakkan permukaan yang steril pada luka. Lalu dililitkan tali-tali yang
tersedia lalu ikat.
Perban cepat itu dipakai untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan, dalam peperangan pada luka tembak dan
patah terbuka. Oleh pabrik jenis ini dibuat sudah dalam keadaan steril bila
pembungkusnya masih utuh.
Perban Gips
Perban gips diapotik dalam keadaan
tinggal pakai. Pada saat ini dapat dibeli dengan nama dagang gipsona. Bila
tidak ada yang menjual gipsona, dapat dibuat sendiri. Bukalah perban kasa atau
kambrik sepanjang kira-kira 1 meter di atas meja. Taburkanlah bubuh gips diatasnya,
lalu digulung. Kemudian buka lagi, taburkan gips lagi, gulung, sehingga
gulungan perban dilapisi bubuk gips.
CARA-CARA MEMBALUT
Cara-Cara Khusus Membalut Perban Kepala
Perban Kepala Fascia Galenika
Untuk melaksanakan perban kepala
cara fascia Galenika, diperlukan kain persegi panjang dengan ukuran kira-kira
lebar 33 cm dan panjang 70 cm. Kedua ujungnya digunting, sehingga berbentuk 33
pita. Pita tengah harus lebih kecil daripada kedua ujung itu masing-masing
sepertiga dari panjang keseluruhan. Perban kepala ini dipakai bila kita hendak
menutup kepala.
Cara memakainya adalah sebagai berikut:
· Letakkan pita persegi itu di atas kepala dengan kedua
ujung mengarah ke masing-masing telinga.
· Ikatlah dengan peniti atau plester pita tengah dibawah
dagu. Pita depan diikat ke belakang kepala, sedangkan pita belakang diikat ke
dahi.
Perban Pita untuk Membalut Kepala dengan Cara
Mempersatukan (Fascia Union)
Perban yang dipakai dapat yang
berkepala satu maupun yang berkepala dua. Dipakai untuk luka di samping kepala.
Perban berkepala satu dimulai dari
bawah dagu, lalu melalui depan telinga kiri, naik ke atas kepala, dililitkan
kembali ke dagu depan Telinga kanan, sampai perban terpakai.
Bila hendak memakai perban berkepala
dua, dimulai juga dari bawah dagu. Masing-masing ujung ke puncak kepala
dinaikkan melalui depan Telinga, turun lagi ke dagu sampai seluruh perban
terpakai.
Cara fascia union ini sering merosot
sehingga sekarang tidak dipakai lagi.
Perban Kepala Cara Fascia Sagitalis
Perban kepala cara sagitalis memakai
pembalut berkepala tiga atau disebut juga perban T. Perban ini dipakai untuk
luka di kepala.
Mula-mula perban berkepala dua
diletakkan pada dahi, lalu kedua ujung dililitkan kebelakang kepala. Ujung
tengah perban juga diletakkan kebelakang. Setelah dihimpit dengan kedua ujung
perban yang datang dari samping, kembalikan lagi ujung perban tengah ke depan.
Demikian pula kedua ujung samping dililitkan kembali ke depan kepala sehingga
mengimpit lagi ujung perban tengah. Demikianlah pula kedua ujung samping
dililitkan kembali ke depan kepala sehingga mengimpit lagi ujung perban tengah.
Demikianlah seterusnya sampai semua perban terpakai.
Perban Kepala dengan Cara Pita Silang (Fascia Nodosa)
Untuk membalut kepala dengan cara
sitan silang, lakukanlah seperti cara union dengan memakai perban berkepala
dua. Bila kedua ujung perban telah sampai di atas salah satu telinga
silangkanlah kedua perban itu, lalu msing-masing ujung membalut dahi dan
belakang kepala. Setelah kedua ujung sampai diatas telinga yang lain, dibuat
pula silang, diatur menuju ke bawah dagu, bertemu kembali di atas telinga
pertama dan seterusnya.
Perban Kepala Cara Barton
Perban kepala cara Barton dipakai untuk membalut luka
atau menunjang rahang bawah yang patah:
a. Ujung perban diletakkan di kepala menghadap ke atas pada belakang prosesus
mastoideus kanan. Lalu perban diturunkan memutar ke belakang kepala. Naik ke
puncak kepala melalui belakang telinga kiri.
b. Dari puncak kepala lalu turun ke dagu, melalui depan telinga kanan. Naik
lagi keatas melewati depan telinga kiri.
c. Sesampainya dipuncak kepala perban diturunkan miring menuju belakang kepala
melewati prosesus mastoideus lagi.
d. Kemudian melingkar belakang kepala melewati bawah telinga kiri menuju ke
depan dagu.
e. DFiteruskan kebawah Telinga kanan. Kembali ke titik permulaan.
f. Balutan perban demikian dilakukan berulang-ulang sampai kuat. Bila perban
kurang panjang dapat disambung dengan perban lain.
Perban Penutup Kepala (Fascia Kapitalis atau Mitra
Hippokrates)
Membuat perban penutup kepala
sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Mitra Hippokrates dipakai sebagai perban
penutup atau pelindung luka kepala luas.
Satu orang berulang-ulang
melingkarkan perban, mulai dari dahi terus ke belakang sambil menghimpit perban
kedua yang diletakkan berulang-ulang diatas kepala oleh orang kedua dari arah
depan kepala ke belakang kepala. Balutan digeser sedikit demi sedikit ke kiri
dan ke kanan.
Cara-Cara Membalut Mata
Membalut Satu Mata (Monokulus)
Cara perban ini dipakai untuk
menutupi atau menekan luka pada mata dan sekitarnya.
Buatlah lingkaran perban di sekitar
dahi dan belakang kepala beberapa kali. Lalu secara berangsur-angsur dililitkan
sedikit demi sedikit ke mata yang cedera dan belakang kepala, sehingga seluruh
mata tertutup.
Sewaktu perban melingkar di depan
mata, geseran perban dibuat sebesar mungkin, sedangkan sewaktu melingkar di
belakang kepala geseran perban dibuat sedekat mungkin. Usahakan agar lapisan
perban terbawah tidak menutup mata yang sehat.
Untuk mengakhiri perban, balutlah
lilitan perban seperti pada saat dimulai, yakni melingkari dahi dan belakang
kepala lalu ujungnya diplester.
Membalut Kedua Mata (Binokulus)
Membalut kedua mata dengan cara ini
dipakai untuk menutupi atau menekan mata, misalnya pada operasi katarak.
Caranya: Mulailah seperti membalut
satu mata. Setelah melingkarkan lapisan perban terakhir di sekitar depan dan
belakang kepala, teruskan dengan melingkari mata yang lain dengan cara yang
sama, tetapi dengan arah sebaliknya. Ujung perban terakhir dilekatkan dengan
sepotong plester.
Perban Telinga Cara Korenaar
Balutlah perban melingkar dahi dan
belakang kepala beberappa kali, lalu berangsur-angsur diarahkan kearah telinga
yang sakit. Lakukan balutan perban itu terus sampai seluruh telinga tertutup.
Usahakan lapisan perban terakhir berada di lingkaran dahi lalu diletakkan
dengan plester.
Perban Pada Anggota Badan Berbentuk Bulat Panjang
Untuk melakukan perban pada leher, lengan atas dan
paha dapat dibalut dengan dua cara yaitu:
1. Membalut biasa (dolabra currens).
2. Membalut pucuk rebung (dolabra reversa).
Setiap kali membalut harus diperhatikan agar:
a. Perban saling menutupi lapis demi lapis.
b. Gulungan perban tidak boleh bergeser, walaupun sedang bekerja.
c. Lilitan perban harus cukup kencang.
Membalut Biasa (Dolabra Currens)
Mulailah membalut dari distal (jauh
dari jantung) mengarah ke proksimal (ke arah jantung). Cara ini adalah
ascendens (naik).
Membalut cara dolabra reversa dapat
pula dimulai dari proksimal lalu turun ke distal. Cara ini disebut descendens
(turun), namun prinsip pembalutnya tetap sama.
Mula-mula perban dililitkan pada
anggota gerak (misalnya lengan atas). Lalu secara perlahan-lahan balutan
digerakkan ke atas, sampai seluruh bagian yang luka tertutup.
Tentu saja luka atau koreng harus diobati terlebih
dahulu dan ditutup dengan kasa steril, sebelum dibalut.
Balutan terakhir dililitkan beberapa
kali di tempat yang sama, lalu dilekatkan dengan plester atau dibelah dua
ujungnya lalu diikat.
Membalut Pucuk Rebung (Dolabra Reversa)
Kita ambil saja contoh lengan atas.
Buatlah beberapa lilitan perban pada distal lengan atas, lalu berangsur-angsur
lilitan itu bergerak ke arah proksimal. Setiap satu lilitan, perbannya dilipat
(reversa) lalu dililitkan kembali pada lengan. Lipatan kedua diletakkan tepat
di atas lipatan pertama. Akhir lipatan diletakkan dengan plester.
Membalut Anggota Gerak Berbentuk Kerucut
Lengan bawah dan tungkai bawah berbentuk kerucut,
harus dibalut:
1. Cara membalut pucuk rebung (dolabra reversa).
2. Cara balutan spiral (dolabra repens).
Cara Balutan Spiral (Dolabra Repens)
Perban dililitkan kencang dan
lilitan perban itu mengikuti lengan bawah, sehingga tetap melekat erat pada
anggota gerak. Akan ada bagian kulit yang tidak tertutup. Setelah sampai ke
ujung anggota yang diperban. Untuk menutup bagian yang terbuka, putarlah
kembali perban kearah mulainya balutan.
Membalut Persendian
Untuk membalut persendian dipakai:
1. Cara balut silang (Spica).
2. Cara balut penyu (testudo).
Membalut silang (Spica)
Membalut silang dipakai pada
pergelangan tangan (spika manus) atau pergelangan kaki (spika pedis). Cara
melakukan balutan spika manus dan spika pedis kurang lebih sama. Oleh karena
itu, yang akan diterangkan hanya spica manus saja.
Cara Balut Silang pada Pergelangan Tangan (Spica Manus
Ascendens)
Pergelangan tangan dapat pula dibuat
silang mulai dari distal (dari jari-jari) ke proksimal (kepergelangan tangan).
Balutlah perban beberapa kali pada
ke empat jari tangan (tidak termasuk ibu jari). Mulailah dari ujung jari-jari,
lalu sambil membalut geserkan perban ke arah proksimal (ke pangkal jari-jari).
Sesampainya perban pada pangkal jari-jari, arahkan perban ke punggung tangan
teru ke pangkal ibu jari. Putar di pangkal telapak tangan menuju punggung
tangan, terus ke sela jari telunjuk dan ibu jari. Lilitkan lagi pada punggung
tangan dan pangkal ibu jari, sambil digeser sedikit ke arah pergelangan tangan,
sehingga lewat lagi pada pangkal pergelangan tangan menuju ke sela ibu jari dan
jari telunjuk .Pekerjaan ini diulangi terus sampai seluruh punggung angan
terbalut. Akhirnya lilitan beberapa kali perban pada pergelangan tangan, lalu
ujung perban digeser.
Membalut Silang Sendi Pergelangan dan ibu Jari (Spica
Pollicis Descendens)
Balutkan perban beberapa kali pada
pergelangan tangan. Melalui punggung tangan menuju ke ibu jari, lilitkan satu
kali. Arah selanjutnya adalah ke pergelangan tangan dan kembali lagi ke ibu
jari. Lilitkan lagi satu kali. Teruskan dengan setiap kali lilitan di geser
sedikit sehingga seluruh ibu jari terbalut.
Lilitan perban terakhir pada
pergelangan tangan dilekatkan dengan plester.
Membalur Sendi Pergelangan dan Seluruh Ibu Jari (Spica
Pollicis Ascendens
Lekatkan perban dari pangkal ke
puncak ibu jari, lalu ke pangkal ibu jari-jari sisi lain hingga beberapa lapis.
Kemudian lilitkan perban mengelilingi ibu jari beberapa kali, sambil digeser
sedikit ke arah proksimal, setelah setengah ibu jari terbalut, perban kita
arahkan ke punggung tangan, lalu talapak tangan, dan kembali melilit ibu jari.
Teruskan sampai seluruh ibu jari terbalut. Akhirnya perban dililitkan beberapa
di pergelangan tangan dan ujungnya dilekatkan dengan plester.
Membalut Sendi Siku dan Lutut
Untuk membalut sendi siku dan lutut
dipakai cara balut penyu atau testudo. Balut sendi testudo ada 2 variasi yaitu
testudo reversa dan testudo inversa. Sebagai ontoh membalut sendi, disini
dijelaskan sendi siku saja karena bila telah diketahui cara membalut sendi
siku, maka membalut sendi lutut sama saja caranya.
Membalut Sendi Siku Cara Penyu Keluar (Testudo Cubiti
Reversa)
1. Bengkokkan sedikit siku yang akan dibalut.
2. Balutlah perban beberapa kali pada pertengahan siku.
3. Arahkan lilitan perban bergantian ke proksimal (lengan atas) dan ke distal
(lengan bawah).
4. Lanjutkan lilitan perban ke lengan atas dan ke lengan bawah berulang-ulang
sampai seluruh sendi siku terbalut.
5. Ujung lilitan perban terakhir dilekatkan dengan plester.
Membalut Sendi Siku Masuk (Testudo Cubiti Inversa)
1. Balutlah perban beberapa kali pada lengan atas.
2. Lilitan selanjutnya dilakukan bergantian pada lengan bawah dan lengan atas
sambil sedikit demi sedikit digeser ke arah sendi.
3. Sebelum mengakhiri lilitan perban, lilitkanlah beberapa kali di
tengah-tengah siku, kemudian letakkanlah ujung perban dengan plester atau buat
simpul.
Membalut Sendi Pergelangan Kaki Secara Balut Silang
(Spica Pedis Descenden)
1. Balutlah perban beberapa kali pada pergelangan kaki.
2. Dari pinggir lateral (luar) kaki, perban melalui punggung kaki menuju ke
mata kaki medial (dalam).
3. Lilitkanlah perban ke belakang pergelangan kaki menuju ke mata kaki (luar)
kemudian perban diarahkan ke punggung kaki lagi.
4. Lalu putarlah perban ke telapak kaki. Selanjutnya, diulangi cara pembalutan
tadi dengan menggeser sedikit demi sedikit ke arah proksimal, sehingga seluruh
sendi terbalut.
Cara-Cara Membalut Kaki
Membalut Tumit Kaki Secara Balut Penyu (Testudo
Calcanea Reversa)
1. Mulailah membalut tumit dan sendi pergelangan kaki beberapa kali.
2. Lalu secara bergantian, perban dililitkan ke tungkai bawah (proksimal) dan
punggung kaki (distal).
3. Lakukanlah berulang-ulang sambil digeser sedikit demi sedikit kearah
proksimal dan distal (kearah tumit).
4. Setelah seluruh tumit kaki terbalut, lilitkanlah beberapa kali perban pada
tungkai bawah, lalu lekatkan dengan sepotong plester atau dibuat sampul.
Membalut Ibu Jari
1. Letakkan perban beberapa lapis dari pangkal jempol ke ujung jempol lalu
pangkal telapak jempol kaki.
2. Kemudian lilitkan pula perban beberapa kali mengelilingi jempol.
3. Sewaktu perban berada ditelapak kaki, diantara sela ibu jari dan jari lain,
perban diarahkan ke punggung jempol menuju ke lateral. Kemudian lilitkan perban
kedaerah cekungan telapak kaki. Arahkan perban ke punggung kaki sampai kemata
kaki lateral. Lanjutkan lilitan ke pergelangan kaki.
4. Dari mata kaki medial (sebelah dalam) perban dililitkan kepunggung kaki,
menuju ke lateral. Lilitkan pada telapak kaki menuju ke pangkal ibu jari kaki.
5. Dari pangkal telapak ibu jari perban dinaikkan ke punggung jempol lalu
dimasukkan ke sela jari jempol dan jari kedua. Dari sini perban menuju punggung
kaki ke arah lateral. Lilitkan ke telapak kaki menuju ke punggung kaki.
6. Dari punggung kaki diarahkan ke pergelangan kaki lagi.
7. Demikianlah balutan perban berulang-ulang sampai selesai. Balutan diakhiri
dengan lilitan beberapa kali di pergelangan kaki dan lekatkan dengan plester.
Membalut seluruh kaki
1. Misalkan kaki kiri ingin dibalut, mulailah perban dari bagian punggung kaki
menuju ke ujung jari-jari lalu ke telapak kaki. Peganglah dengan tangan kiri
ujung perban yang ada di punggung. Dengan tangan kanan lilitkan perban untuk
menutup jari-jari kaki dengan cara tadi, bergantian kelateral dan ke medial.
Geserlah sedikit demi sedikit ke arah tengah jari-jari sehingga seluruh jari
terbalut. Di telapak kaki, arah balutan melintang; sedangkan di telapak kaki
arahnya miring.
2. Sesudah itu lilitkan perban melintang punggung dan telapak kaki sehingga
ujung-ujung perban tadi terhimpit. Buatlah lilitan perban sebanyak tiga lilitan
sambil menggeser ke arah pergelangan kaki.
3. Sewaktu lilitan ke empat berada di punggung kaki, perban diarahkan
ketelapak kaki sekitar tumit. Kemudian dililitkan ke pergelangan kaki, terus
kepunggung kaki lagi.
4. Selanjutnya ulangi lagi balutan seperti tadi beberapa kali, sampai seluruh
kaki terbalut. Akhir balutan pada pergelangan kaki.
GIPS DAN PEMASANGANNYA
Tepung gips terdiri dari garam kapur
sulfat berupa bubuk halus, berwarna putih dan mempunyai sifat mudah menarik air
(higroskopis).
Bila diberi air, tepung gips akan membentuk
semacam bubur yang beberapa saat kemudian akan mengeras dengan mengeluarkan
panas. Tepung gips yang dibiarkan dalam udara terbuka akan menarik air,
sehingga timbul gumpalan keras yang tidak akan mengeras lagi bila dicampur air.
Agar gips dapat tetap dipakai, maka
bubuk gips atau gips perban harus disimpan dalam kaleng atau stoples tertutup
sehingga uap air dari udara tidak dapat masuk ke dalamnya. Gips harus disimpan
di tempat yang kering.
Tepung gips yang telah menarik air
dapat dikeringkan lagi dengan jalan memanaskan dalam kuali. Agar pemanasannya
rata, tepung gips harus selalu diaduk. Pemanasan dilakukan ialah sampai tepung
gips menjadi halus dan putih kembali. Setelah menjadi halus dan putih,
pemanasan harus dihentikan agar gips tidak rusak atau gosong.
Untuk fiksasi luar patah tulang
dipasang gips spalk atau gips sirkular. Perban gips spalk biasanya dipakai pada
patah tulang tungkai bawah karena akan terjadi edema. Setelah edema menghilang,
baru diganti dengan gips sirkular.
Selain itu pada patah tulang
jari-jari biasanya juga dipasang gips spalk.
Cara Membalut Gips Spalk (Bidai Gips)
Panjang gips spalk untuk lengan
bawah (fractura antebrachi), bila terjadi pada sepertiga distal (dekat
pergelangan tangan), adalah dari siku sampai ke ujung metacarpal (pangkal
jari-jari).
Bila terjadi patah lebih proksimal,
misalnya pada pertengahan atau sepertiga proksimal (dekat siku), maka panjang
gips spalk adalah dari pangkal jari sampai ke lengan atas kira-kira dua jari di
bawah lipatan ketiak.
Lengan harus ditekuk sampai 900
dengan telapak tangan agak diputar ke dalam (supinasi). Pergelangan tangan
lurus dengan tulang lengan bawah.
Agar pasien tidak merasa sakit
sewaktu mengukur panjang gips spalk (bidai), ukurlah anggota gerak yang tidak
patah.
Pada patah tulang tungkai bawah
(fraktura tibia dan fibula), gips spalk dan sirkular harus dipasang mulai ujung
jari sampai 2 – 3 cm dibawah sendi paha. Posisi kaki dan tungkai bawah dibuat
sudut 900; sedangkan persendian lutut agak ditekuk membuat sudut
kira-kira 1700.
Pada patah tulang kaki dan tumit
gips sirkular dipasang mulai dari ujung jari sampai kira-kira 2 – 3 cm di bawah
sendi lutut saja.
Setelah diketahui panjangnya ukuran
spalk, bukalah gulungan gips perban dan letakkan di meja sepanjang ukuran yang diingini.
Untuk anggota gerak atas, cukup dibuat 6 lapis; sedangkan untuk tungkai dibuat
8 – 10 lapis.
Setelah lapisan gips spalk selesai
dibuat, basahkan lalu letakkan ke anggota gerak yang akan digips.
Sebelum gips tentu saja anggota yang
patah harus direposisi, baik dari luar maupun dari dalam melalui operasi.
Setelah direposisi dilapisi dengan kain tricot atau kapas berlemak.
Setelah dipasang gips spalk, dibalut
dengan perban kasa. Cara membalut adalah balut pucuk rebung (dolabra reversa).
Sebaiknya mulai membalut dari daerah yang patah. Pada cedera persendian dibalut
dengan cara balut silang (spika).
Gips Sirkular
Bila hendak membalut secara gips
sirkular, setelah tulang direposisi, dilapisi dengan kain tricot atau kapas
berlemak, dan telah dipasang gips spalk (bidai), langsung dibalut dengan perban
gips dengan cara balut biasa (dolabra currens). Gips perban yang telah dibalut
itu diratakan dengan kedua telapak tangan agar perban gips melekat betul.
Jari-jari tangan dan kaki bila tidak patah jangan digips.
Bila dilakukan reposisi sanguinea
(melalui operasi), luka operasi ditutup dahulu dengan kasa steril yang telah
diolesi dengan antiseptic (betadin). Kemudian dipasang gips sirkular. Luka
operasi dibiarkan tertutup dengan gips, jahitan baru dilepas setelah gips
dibuka.
Bisanya gips baru dibuka setelah
terjadi kalus (bersambung), untuk lengan memerlukan waktu 4 – 6 minggu,
sedangkan untuk tungkai memerlukan 6 – 10 minggu. Makin muda umur pasien makin
cepat sembuhnya.
Pada patah tulang tungkai bawah yang
sudah mulai agak sembuh, biasanya gips sirkularnya diberi telapak dari karet
ban luar mobil, dapat pula dipasang bakiak atau terumpa kayu yang diletakkan
pada telapak kaki.
Obat Jantung koroner alami
BalasHapusObat penyakit gagal ginjal
Obat asam lambung alami
Obat TBC alami
vig power capsule
Obat kolesterol Tinggi
Obat asam urat alami